Rabu, 14 Oktober 2015

“Buanglah pendapat kuno bahwa adalah merupakan hal yang tabu dan kurang baik jika sudah sejak dini mengenalkan uang kepada anak-anak”

 
Pesatnya kemajuan teknologi keuangan di Indonesia saat ini telah menciptakan kondisi semakin mudahnya seseorang mendapatkan akses keuangannya (unpresedented access to money). Saat ini banyak perbankan yang memasang mesin-mesin ATM (Anjungan Tunai Mandiri) di sekolah-sekolah dan perumahan, dan semakin banyaknya para Orang Tua yang memberikan fasilitas kartu kredit kepada anak-anaknya.
Bahkan, bagi sebagian besar orang-tua di Indonesia saat ini, dikarenakan oleh kesibukan pekerjaannya, kalimat yang cenderung sering dilontarkan kepada anak mereka ketika membicarakan permasalahan keuangan adalah hanya berupa; “seberapa besar uang yang kamu butuhkan ?”.
Inilah yang merupakan kesalahan besar para orang tua di Indonesiasaat ini. Padahal uang bukanlah hanya sekedar alat bayar belaka bagi anak-anak mereka. Uang adalah merupakan hal yang kompleks, dan bahkan dapat mempengaruhi perkembangan kejiwaan anak-anak mereka tersebut.

Semakin ramainya iklan dan promosi barang-barang konsumtif menyerbu masyarakat modern Indonesia, turut ikut memacu semakin besarnya hasrat anak-anak dan remaja saat ini untuk berprilaku konsumtif. Bahkan barang atau komoditi yang dahulu dipandang sebagai barang mewah, saat ini seakan sudah menjadi kewajaran bagi masyarakat umum untuk membeli dan menggunakannya.
Sangat disayangkan bahwa masih cukup banyak masyarakat kita saat ini yang belum mempunyai (kurang memiliki) kesadaran dalam memberikan pengetahuan dasar mengenai pengelolaan penggunaan uang sejak dini kepada anak-anaknya. Kurangnya pembelajaran sejak dini kepada anak-anak dan remaja, menyebabkan mereka kurang pandai dalam mengambil keputusan ketika menggunakan uang.
Setidaknya, para orang tua tersebut hendaknya mengupayakan waktu yang cukup ketika hendak berbicara mengenai uang kepada anak mereka, karena uang akan mengandung hal yang cukup kompleks.

Memang pembelajaran mengenai keuangan sejak dini terhadap anak-anak di Indonesia secara formal masih merupakan hal yang sangat sulit untuk didapatkan, walaupun masalah ini (financial illiteracy) sudah sejak 30 tahun yang lalu dilakukan secara formal di dunia pendidikan di Amerika Serikat.
Namun demikian, pembelajaran sejak dini ini sebenarnya dapat dilakukan dengan cara-cara yang sangat mendasar terlebih dahulu, yaitu sejak dini anak-anak tersebut diberikan pengetahuan dasar dalam hal mengontrol cara mereka membelanjakan uang.

Pembelajaran ini dilakukan dengan menanamkan kepada anak-anak sejak dini untuk dapat membedakan antara ’Kebutuhan’ dan ’Keinginan’ (wants and needs) mereka dalam membelanjakan uangnya.
’Kebutuhan’ adalah merupakan suatu keharusan atau bersifat mutlak, sedangkan ’Keinginan’ adalah merupakan suatu pilihan dan bukanlah merupakan hal yang wajib dilakukan.
Dengan menanamkan pengertian dasar tersebut diatas, maka secara langsung kita juga telah mengajarkan mereka sejak awal untuk menjadi bijak dalam membelanjakan uangnya.
Selain itu, hal lain yang sangat penting yang harus diingat oleh para orang-tua dalam pembelajaran dini mengenai keuangan kepada anak-anak ini adalah bahwa ‘cara pembelajaran yang baik adalah dengan cara menjadi teladan (role-model) yang baik bagi anak-anak mereka sendiri’.

Harap diingat bahwa saat ini ‘sex-education’ saja sudah diperkenalkan sejak dini kepada anak-anak (sesuai dengan levelnya), oleh karena itu pembelajaran mengenai keuangan-pun sudah seharusnya juga diperkenalkan sejak dini kepada anak-anak kita.
 
 
Jakarta,
Alwas Kurniadi

Tidak ada komentar: