Selasa, 01 Januari 2008

Strategi Pemilihan Sebuah Benda Seni sebagai Media Investasi

Berburu Hasil Karya Seni

Pada awalnya, kegiatan berburu benda-benda karya seni tersebut dilakukan oleh para kolektor dan pecinta seni semata-mata hanya merupakan wujud dan apresiasi mereka terhadap nilai karya sebuah benda seni. Hal tersebut kemudian berkembang, hasrat berburu benda-benda karya seni tersebut dilakukan tidak lagi hanya sekedar didasarkan pada nilai kecintaan mereka terhadap benda-benda seni tersebut tapi kemudian juga dijadikan sebagai salah satu alternative investasi yang cukup menjanjikan.

Namun demikian, dalam realita kita juga menemukan bahwa banyak karya-karya seni rupa yang tidak kita sukai tetapi selalu memperlihatkan hal-hal yang mengejutkan. Misalkan, tiba-tiba karya tersebut beberapa tahun berselang dikatakan sebagai karya yang bernilai tinggi dan berharga nahal. Demikian sebaliknya, banyak karya-karya seni rupa yang kita sukai, suatu saat kemudian malah disebut sebagai karya yang tak bernilai dan berharga. Di mana letak nilai tinggi dan kemahalan harganya ?

Kita kembali kepada hal-hal yang berkenaan dengan keberadaan, reputasi, dan prestasi seorang seniman yang terkadang mengejutkan : menggembirakan atau mengecewakan. Kenyataan demikian selalu berhubungan dengan perdiksi-prediksi, tafsiran-tafsiran, dan ‘ramalan-ramalan’. Tetapi semua itu biasanya sering dianggap dan dimaklumi sebagai hal yang berkenaan dengan faktor keberuntungan, nasib, atau garis hidup.

Bagi para ahli seni rupa, kejadian demikian sangat tipis untuk disebut sebagai kegagalan atau kesalahan praduga. Sebab, dunia seni rupa acapkali berkaitan dengan reka-pikir penyiasatan, pengkondisian, dan pembongkaran yang selalu tidak terduga. Namun sebagai media investasi yang didasari oleh hal-hal terukur, hal demikian sebetulnya tak perlu terjadi.

Karena itu, hal terburuk selalu dinyatakan melalui upaya rekayasa pasar. Pasar merujuk kepada tradisi ‘musiman’, permintaan massa, dan pengkondisian oleh para pengendali pasar. Karya-karya yang bernilai dan berharga tentunya tidak bakal mudah dipengaruhi rekayasa pasar, namun mudah sekali dibangun atau dijatuhkan olehnya. Sebab, nilai ditentukan oleh kekuatan produk, sedangkan harga dipandu oleh nilai. Senimaan yang piawai bisa menggubah dan mengikuti hukum nilai tersebut, sekaligus selalu bersabar untuk memasuki saat-saat yang menentukan. Di sini, kecakapan seorang seniman bisa seiring dengan kepiawaian seorang pengendali pasar.

Karya-karya seni rupa yang menjanjikan senantiasa tegar menghadapi pasang-surutnya gelombang pasar, yaitu karya-karya yang mengandung nilai-nilai monumental dalam sejarah perubahan kebudayaan. Karya-karya seperti itu sering disebut sebagai karya yang tak lekang oleh perubahan dan dapat melintasi batas ruang dan waktu. Orang cenderung menyebutnya sebagi karya master atau puncak-puncak kedigdayaan. Karya-karya seperti itu memang bisa sangat sedikit jumlahnya, lahir dari para maestro pada ruang dan di waktu tertentu. Tetapi, karya-karya master pun tak luput dari upaya pengkondisian.

Seperti “Lukisan Monalisa”, “Monalisa” karya Leonardo da Vinci, saat ini konon merupakan sebuah lukisan yang apabila dinilai dengan uang, telah menjadi karya seni lukis termahal di dunia. Tetapi, masih banyak lagi lukisan karya para seniman terkenal masa lalu dan masa kini yang juga berharga tinggi. Tentunya kita perlu bertanya: mengapa lukisan-lukisan tersebut berharga tinggi ?; siapa yang mengkondisikannya ? dan; bagaimana bisa demikian ?

Jawaban yang paling mudah adalah, karena karya-karya tersebut konon telah ditelaah dan dipertanggungjawabkan, ditulis dan diberitakan, diberi nilai dan harga, oleh lembaga-lembaga kesenian yang terpercaya di dunia. Sehingga tak syak jika karya-karya tersebut serta-merta digelar di ruang-ruang pameran terhormat, dimuat media massa terkemuka, dicari orang di pasar lukisan tertentu, atau diperebutkan di balai lelang karya-karya seni terbesar.

Lukisan “Monalisa” tersebut, dapat dikatakan telah menjadi barang-barang berharga, bentuk-bentuk monumental, dan benda-benda komoditas.

Oleh karena itu, setiap karya seni rupa yang telah ditelaah dan dipertanggung-jawabkan, ditulis dan diberitakan, serta diberi nilai dan harga, memiliki peluang untuk menjadi media investasi yang tak lekang oleh perubahan ruang dan waktu. Bahkan, ada semacam nilai investasi di dalam karya-karya tersebut, bahwa semakin lama nilai dan harga sebuah karya seni rupa, tidak mengenal turun melainkan cenderung naik. Ambillah contoh bandingan nilai dan harga “Monalisa” satu abad silam dengan kenyataan masa kini, melesat terus berlipat ganda.

Perburuan benda-benda hasil karya seni tersebut telah berkembang menjadi suatu keyakinan bahwa ada semacam nilai investasi di dalam setiap karya-karya seni tersebut.

Perburuan benda-benda karya seni tersebut terus berkembang dengan pesat. Berdasarkan data dari “Christie”, salah satu lembaga lelang benda-benda seni (auction house) terkemuka di dunia, nilai hasil lelang barang-barang antik cina (keramik), hasil lelang yang dilakukan di London pada bulan Juli 2005 adalah US. 27,7 Juta, yang kemudian meningkat menjadi USD. 32 Juta pada saat hasil lelang di Hongkong pada akhir bulan November 2005. Lembaga lelang tersebut (Christie) juga menyatakan bahwa seluruh nilai hasil lelang yang telah dilakukan selama tahun 2005 menunjukan kenaikan lebih besar 30% dibanding nilai lelang pada tahun 2004.

Strategi Pemilihan Sebuah Benda Seni sebagai Media Investasi

Pada saat berhadapan dengan karya-karya seni rupa yang akan dipilih untuk menjadi media investasi tentunya diharapkan jangan sampai terjadi kesalahan atau kekeliruan dalam proses mengambil keputusan. Pemahaman kita tentang reputasi dan prestasi seniman, proses penggubahan, makna, dan nilai tadi, sesungguhnya barulah menjadi salah satu bagian dari strategi dan kiat pemilihan karya yang layak menjadi media investasi. Setiap strategi dan kiat seyogyanya dibarengi dengan suatu kumpulan pengalaman dan pertimbangan lain yang patut disadari. Sebab, bagian awal pemahaman tadi harus disadari sebagai wilayah yang tertutup, hal-hal yang dialami seniman sebagai seorang kreator. Masih ada hal-hal yang menjadi wilayah terbuka, yaitu manakala kita sebagai pribadi (yang juga punya selera, pemahaman, dan penikmatan) akan berhadapan dengan karya pribadi seorang seniman. Di saat inilah kita memerlukan seperangkat pengalaman menyimak begitu banyak karya, pengetahuan tentang seni rupa, dan pengamatan yang tajam akan makna, nilai, dan bahasa estetika rupa. Untuk itu, kita perlu menyusun strategi sebagai berikut :

1.Investigate and Up-dating
Menyimak secara cermat (investigasi) terhadap catatan reputasi dan prestasi seorang seniman melalui perjalanan hidupnya sebagai seorang kreator. Upayakan untuk selalu menjaga dan mempertajam kemampuan pribadi yang tentunya berkenaan dengan selera, pengetahuan, dan kecenderungan terhadap suatu gaya seni.

2.Observe and Be an Auction Bore
Hadiri setiap pameran, pelelangan dan penjualan barang antic, walaupun kehadiran tersebut tidak selalu bertujuan untuk membeli.
Amati setiap perangai karya seni sebagai bahan untuk menjadi pengalaman dan jangan malu untuk bertanya kepada setiap speasialis dan kolektor-kolektor terkenal.

3.Study and Become a Specialist Collector
Pelajari referensi seni rupa dari teks-teks yang dapat diperoleh dari mana pun; termasuk kepustakaan, konsultasi, dan pernyataan para ahli.
Pilihlah barang-barang yang memang anda mengerti dengan baik, belajarlah menjadi spesialis (focus pada barang-barang tertentu) dan dapatkan katalog-katalog mengenai barang-barang antic serta datangi pameran-pameran dan eksebisi-eksebisi barang antic.

4.Spend More, Buy Less
Pembelian dan investasi dilakukan lebih berdasarkan kualitas dan bukan kuantitas.
Memiliki barang dalam jumlah sedikit namun dengan nilai harga tinggi adalah lebih baik dibanding memiliki barang dalam jumlah banyak tetapi dengan nilai harga rendah.

5.Don’t Buy Damaged Goods
Beli dan miliki barang-barang dalam kondisi baik walaupun hal tersebut cukup sulit untuk dilakukan.

6.Open mind and Cherish Your Investment
Pilihlah benda-benda karya seni yang anda sukai dan dapat anda nikmati, serta selalu upayakan memberikan kesediaan diri untuk menerima segala perkembangan yang dilakukan oleh para seniman dan karya-karyanya.

Strategi tersebut sesungguhnya merupakan kiat-kiat dasar untuk menjatuhkan keputusan memilih. Lebih dari itu, secara pribadi sebagai penikmat kita mulai harus mengenali kekuatan setiap unsur bahasa estetika rupa (titik, garis, bidang, ruang, warna, dan tekstur). Unsur-unsur bahasa estetika rupa lah yang kerap melahirkan citra keindahan dari hal-hal yang berhubungan dengan apa yang digambarkannya. Unsur-unsur bahasa estetika rupa tersebut pada dasarnya sebagai pembentuk objek, tema, dan konteks sebuah karya. Objek berupa benda-benda, alam, mahluk, dan peristiwa. Tema adalah hal-hal yang dibangun untuk mencapai makna ungkapan, seperti : alam benda, pemandangan, kemanusiaan, penggambaran kembali (representasi) peristiwa, atau gabungan dari unsur-unsur makna tersebut. Konteks sebuah karya bisa saja berhubungan dengan sikap pribadi seorang seniman dan latar belakang pengaruh-pengaruhnya, daya kritis, serta tanggap lingkungan dan sosial.

Tidak ada komentar: